Selasa, 11 Desember 2012

Techno : penyebaran senjata api di kerajaan nusantara


Musket inggris, Brown bess


Meriam khas melayu, istinggar


Sedari dulu bangsa kita memang bukanlah bangsa innovator teknologi seperti bangsa asia timur dan bangsa eropa, namun untungnya bangsa ini tidak menutup diri terhadap pengaruh-pengaruh asing pada saat itu dan banyak melakukan aktivitas internasional dengan bangsa lainya seperti mengadakan perdagangan bebas dengan bangsa lainya  di semenanjung malaka dan melakukan diplomasi bilateral dengan bangsa lainya sehingga bangsa senantiasa ter"update" sengan perkembangan dunia luar. pada umumnya  kerajaan nusantara yang mudah menerima budaya-budaya asing adalah kerajaan yang bercorak maritim seperi kerajaan aceh, sulawesi dan sekitarnya karena mereka banyak berhubungan langsung dengan orang asing sehingga peradabannya lebih maju dan dinamis daripada kerajaan-kerajaaan bercorak agraris seperti kerajaan-kerajaan di jawa yang konservatif dan memiliki peradaban yang lebih primitif dibanding kerajaan maritim



salah satu dampaknya pengaruh asing adalah pengenalan terhadap teknlogi senjata api generasi awal seperti Meriam dan musket/senapan lontak di kerajaan-kerajaan nusantara yang dimulai sekitar abad ke-15 . pada abad ke-15 portugis yang mengetahui akan ramainya bandar perdagangan malaka kemudian menyerang dan menguasai bandar perdagangan tersebut. hal ini jelas mengkhawatirkan kerajaan-kerajaan sekitarnya termasuk kerajaan (kesultanan) aceh akan datangnya invasi bangsa portugis. sehingga kesultanan aceh yang pada saat itu dipimpin oleh sultan alaidin riayat shah meminta bantuan kepada kesultanan ottoman/utsmaniyah yang pada saat itu memang sedang berjaya, bantuanya berupa bantuan dukungan militer dan transfer teknologi yaitu pengiriman insinyur persenjataan beserta pasukan  ottoman untuk melatih pasukan aceh untuk membantu mereka melawan serangan portugis dan menyebarkan pengaruh politik terhadap kerajaan-kerajaan kecil di sumatera  sehingga ada kemungkinan bahwa mereka (orang-orang ottoman) mendirikan industri musket dan meriam serta lembaga pendidikan militer di aceh. ada kemungkinan lembaga-lembaga pendidikan dan industri yang dibuat oleh ottoman tersebut menghasilkan gunsmith dari kalangan pribumi sehingga industri persenjata apian di aceh masih terus lestari hingga terjadinya perang aceh (1873 - 1904) karen pasukan-pasukan gerilya aceh mendapatkan persenjataan dari industri-industri tersebut meskipun harus dibeli dengan harga mahal karena melonjaknya permintaan terhadap pealatan perang semacam musket dan meriam untuk menandingi kekuatan pasukan belanda yang menggunakan teknologi sama 


Bendera kesultanan aceh

Gerilyawan Aceh

selain kesultanan aceh masih banyak kerajaan nusantara lainya yang mendapat pengaruh kebudayaan senjata api yang dibawa oleh bangsa pendatang. kedatangan belanda di jawa membawa perubahan politik yang besar di jawa.  banyak kerajaan jawa yang bersekutu dengan belanda karena belanda memiliki persenjataan yang lebih "mapan" dibanding persenjataan kerajaan lokal yang masih "primitif" untuk memperebutkan pengruh kekuasaaan sebesar-besarnya diatas tanah jawa .karena itu kerajaan jawa memperoleh dukungan persenjataan modern dari belanda. belanda juga membentuk pasukan mercenary/bayaran yang didatangkan dari negri asing termasuk oleh kalangan pribumi untuk mengatasi gerakan pemberontakan-pemberontakan sehingga memungkinkan adanya sosialisasi terhadap penggunaan senjata api.

kemudian penyebaran senjata api di wilayah lainya seperti di maluku, sulawesi, bali dan wilayah lainya bisa melalui jalur perdagangan atau tempat persinggahan yang ramai seperti halnya kerajaan ternate yang memiliki bandar perdagangan yang ramai sehingga mememungkinkan pengaruh asing untuk masuk dan menggantikan kebudayaan lama yang sudah usang.

CAUTION : Saya Peringatkan bahwa data-data yang ada dalam postingan kali ini belumlah valid dan masih bersifat spekulatif atau masih berupa perkiraan atau pandangan saya dan masih perlu banyak penulusuran lebih lanjut terhadap data-data yang saya tampilkan. maka dari pengunjung blog dapat menyampaikan ralat atau kritiknya via komentar blog. terima kasih

1 komentar:

  1. Portugis mengambil alih Malaka bukan pada abad XV tetapi pada awal abad XVI ( tahun 1511 )

    BalasHapus