Apakah kawan pernah mendengar slogan
“nenek moyangku adalah seorang pelaut” ?, entah siapa orang yang
membuatnya tapi apa yang dikatakan slogan itu memang benar adanya.
Nenek moyang kita, bangsa austronesia yang berasal dari bumi
nusantara ini, telah melakukan penjelajahan dari china, samudra
hindia bahkan sampai benua afrika yang pada saat itu belum ada bangsa
manapun yang bisa melakukan nya.
Pada masa itu
sekitar abad ke VII nenek moyang kita bisa masuk ke afrika dan
madagaskar, bukan madagaskar nya kartun lho... tapi maksudnya pulau
madagaskar yang berada di selatan benua afrika. disana nenek moyang
kita membangun peradaban sekaligus membawa kebudayaan mereka,
meskipun tidak ada peninggalan tertulis yang menyebutkan nya, namun
dengan ditemukan nya berbagai kesamaan alat kebudayaan disana dengan
nusantara semakin menguatkan bukti bahwa bangsa kita memang pernah
kesana, jauh-jauh sebelum penjelajah ulung dari bangsa barat, arab
maupun china berhasil menemukan nya.
Memang nenek moyang kita pada waktu itu
memakai apa sehingga bisa menelaah dunia laut yang pada masa itu
merupakan dunia yang penuh misteri dan ganasnya?. Jangan membayangkan
dulu kapal-kapal besar nan megah seperti yang ada di film-film barat
semacam pirates of caribean atau film-film bertema kelautan
sejenisnya. Tapi hanya menggunakan perahu kecil sederhana sejenis
kano. Tapi berkat kehandalan dari para pelaut kita. Pelaut kita
berhasil mengarungi samudra lautan tanpa menggunakan
peraltan-peralatan yang canggih
seperti yang sudah saya bahas pada
artikel <sebelumnya> kalau kita sudah mempunyai
kebudayaan dan keahlian yang tak kalah maju dari kebudayaan lain nya,
salah satunya adalah kemampuan dalam bidang maritim. Bangsa kita
mampu memproduksi berbagai macam perahu, uniknya hasil produksi
perahu di setiap daerah memiliki ciri khas dan fungsi nya
masing-masing. Umumnya perahu-perahu tersebut ada yang perukuran
kecil hingga sedang, memiliki cadik di kanan kirinya dan kebanyakan
digunakan sebagai alat transportasi antar daratan, berikut ini adalah
mahakarya bangsa kita dalam hal kemaritiman :
Perahu
lancang Kuning (Riau)
Perahu
Lancang Kuning berasal dari rumpun dan daerah Melayu. Pada Zaman
dahulu, Perahu Lancang Kuning merupakan lambang kekuasaan kerajaan
dan digunakan sebagai perahu resmi kerajaan Siak Sri Indra Pura.
Sekarang perahu ini digunakan sebagai alat transportasi masyarakat
riau oleh suku
asmat
Perahu
Phinisi Bugis (Sulawesi Selatan)
perahu
yang dirancang oleh suku bugis ini terkenal karena kehandalan nya
mengarungi samudra dan proses pembuatan nya yang unik. Kapal ini
umumnya memiliki dua tiang layar utama dan tujuh buah layar, yaitu
tiga di ujung depan, dua di depan, dan dua di belakang; umumnya
digunakan untuk pengangkutan barang antarpulau dan memiliki berat
sekitar 100-200 ton.
Perahu
jukung (kalimantan)
Perahu
jukung adalah perahu khas yang sering digunakan oleh warga suku
Banjar. Bahkan, jauh sebelum suku Banjar muncul dan berkembang,
perahu jukung telah digunakan sebagai alat transportasi penting dalam
penyebaran penduduk dari pesisir menuju pedalaman Kalimantan. Dan
juga sebagai perahu untuk membawa barang dagangan yang dipasarkan di
pasar terapung.
Perahu
borobudur (Jawa)
Kapal
Borobudur adalah kapal layar bercadik ganda terbuat dari kayu
yang berasal dari abad ke-8 di Nusantara yang digambarkan dalam
beberapa relief di candi borobudur Kegunaan cadik adalah untuk
menyeimbangkan dan memantapkan perahu.
Kapal
Jung (Jawa)
Kapal
jung kapal berukuran besar yang memiliki empat tiang layar, terbuat
dari papan berlapis empat serta mampu menahan tembakan meriam.
memiliki Bobot jung rata-rata sekitar 600 ton, keunikan lainya dari
kapal ini adalah pada proses pembuatan nya yang tidak memakai paku
atau bahan perekat lainya seperti perahu-perahu besar lainya di
dunia. Dahulu kerajaan demak menggunakan nya untuk mengangkut pasukan
dalam jumlah besar.
Perahu
patorani (Sulawesi Selatan)
kapal
ini pernah digunakan oleh armada Kerajaan Goa dan berfungsi sebagai
kapal nelayan, khususnya untuk menangkap ikan terbang.
Perahu
jukung karere (Papua)
perahu
ini memiliki panjangnya sekitar
15 meter. Suku asmat; suku-suku di papua berada di pesisir pantai dan
di pelataran gunung menggunakan nya untuk berdagang atau alat transportasi
oh
ya disini saya hanya baru memaparkan sebagian kecil dari perahu
tradisional yang varian nya mencapai puluhan atau ratusan jenis. Oleh
karena itu bagi kawan yang masih penasaran bisa berkunjung ke museum
bahari yang ada di jakarta, disana ada banyak koleksi kapal-kapal
jadul, baik produksi lokal maupun kapal-kapal peninggalan belanda.
Baik itu berupa perahu maupun sekedar miniatur nya (promosi dikit
gak apa-apa kan hehe...) untuk informasi selanjutnya tentang museum
yang satu ini bisa di googling sendiri. Terimakasih
Catatan
: kadang orang salah mngartikan kalau perahu = kapal, padahal beda.
Kapal itu ukuran nya lebih besar dari perahu dan dapat menampung satu
perahu di dalamnya. Jadi perbedaan diantara keduanya hanya masalah
ukuran nya saja.
Sumber
dan gambar : dari berbagai blog dan google image
Tidak ada komentar:
Posting Komentar